Menurut Rivai, secara spritual, bencana itu dapat merupakan ujian bahkan azab, namun yang terpenting bagi manusia, setiap bencana mengambil hikmah sebagai peringatan untuk terus mendekat kepada-Nya.
"Hikmah lainnya dari gempa bumi saat itu adalah semangat solidaritas tanpa memandang perbedaan agama, suku atau pilihan politik, semua bersatu melewati masa-masa sulit pasca bencana, persaudaraan makin erat," kata Rifai yang juga anggota KPU Mamuju.
Literasi Kebencanaan
Ketua Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC) Sulawesi Barat, Muhammad Rusli menyampaikan pelajaran terpenting dari bencana gempa bumi yang terjadi di Majene - Mamuju tersebut adalah pentingnya literasi kebencanaan.
Sejarah mencatat, sebelum gempa 2021, gempa bumi di Sulbar sebelumnya terjadi pada 1967 dan 1969.
Gempa juga terjadi di wilayah sekitar Majene dan Mamuju pada 1972, 1984 dan 2020.
Menurut Rusli, salah satu bentuk literasi itu adalah mitigasi Kultural, dimana masyarakat diajak mengetahui langkah darurat menghadapi bencana. Langkah darurat yang juga penting diperhatikan itu adalah tentang evakuasi serta distribusi bantuan.
Ia menceritakan kiprah MDMC Sulbar saat gempa bumi 15 Januari dinihari, beberapa jam setelah kejadian itu, MDMC sudah membangun posko darurat dan menyiapkan dapur umum.
"Literasi serta simulasi kebencanaan perlu terus digencarkan agar kita tidak gagap saat bencana terjadi," kata Rusli.
Posko MDMC Sulbar di halaman masjid Fastabiqul Khaerat menampung ribuan pengungsi, pemerintah pusat juga memberi apresiasi, sejumlah menteri kabinet mengunjungi posko tersebut. (rls)