Pada masa normal di luar operasi pasar, produsen minyak goreng nasional hanya memproduksi maksimal 125 juta liter per bulan. Dengan target 250 juta liter per bulan, produsen dan distributor harus meningkatkan kapasitas dua kali lipat. Baik dari sisi SDM, bahan baku, maupun infrastruktur produksi lainnya. ”Jadi tolong, masyarakat tidak perlu panik,” imbaunya.
Sementara itu, Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey membenarkan bahwa kosongnya stok minyak goreng di beberapa tempat disebabkan permintaan konsumen yang sangat tinggi. Hal itu membuat suplai habis dengan sangat cepat. "Sejak tanggal 19 pagi, begitu diumumkan, masyarakat langsung menyerbu. Kemarin (Jumat, Red), bahkan hari ini (kemarin, Red) juga masih ada laporan rush buying,” ujar Roy.
Fenomena rush buying membuat perencanaan stok ritel semakin tidak optimal. Apalagi, menurut Roy, saat ini produsen dan distributor masih dalam masa peningkatan kapasitas. "Begitu diumumkan kemarin itu kan produsen utility-nya belum diset untuk produksi lebih. Jadi, sekarang ini produsen butuh waktu, distributor butuh waktu. Diharapkan masyarakat tenang karena pemerintah sudah menjamin stoknya ada,” terang Roy. (jpg)