FAJAR.CO.ID, TOKYO -- Jepang menutup perbatasan internasionalnya. Meski begitu, hal itu belum mampu membendung penularan varian Omicron. Pada Sabtu (22/1), penularan harian mencapai 54.576. Itu adalah rekor tertinggi di negara tersebut selama lima hari berturut-turut.
Saat ini, mayoritas dari 47 prefektur di Jepang sudah memecahkan rekor penularan harian tertinggi. Tokyo salah satunya. Ia menyumbang 11.227 kasus. Padahal, sehari sebelumnya hanya 9.699 kasus. Osaka berada di belakang Tokyo dengan 7.375 kasus harian.
Jepang mengonfirmasi kasus Omicron pada 30 November lalu. Sejak saat itu, kasusnya meningkat 100 kali lipat dalam tiga pekan. Pada 1 Januari lalu, tercatat ada 534 kasus harian di Negeri Sakura. Saat ini pemerintah pusat menetapkan status semidarurat di 29 prefektur, termasuk Tokyo. Wilayah dengan status tersebut diperbolehkan meminta bar dan restoran tutup lebih awal, tidak menyajikan alkohol, dan berbagai aturan lainnya.
’’Kami memutuskan ini saat yang tepat untuk mempersiapkan agar sistem medis berfungsi dengan baik, mengambil tindakan tepat, dan memperlambat peningkatan jumlah kasus,’’ tegas Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida. Sebanyak 78 persen penduduk Jepang sudah divaksin lengkap.
Ketatnya aturan di Jepang dan penutupan perbatasan memberi dampak. Ada sekitar 150 ribu pelajar, pekerja, pebisnis, dan golongan lain yang tidak bisa masuk negara itu. Sebagian adalah warga asing yang memiliki keluarga di Jepang. Mereka telah berpisah dengan keluarganya berbulan-bulan tanpa kepastian. Pemerintah Jepang belum memberikan kepastian kapan mereka akan membuka perbatasannya. Yang diperbolehkan masuk hanya penduduk Jepang dan ekspatriat. (sha/bay/jpg/fajar)