FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sering mendapat kritikan terkait utang yang meningkat selama pandemi Covid-19. Menurutnya, posisi utang Indonesia selama pandemi masih lebih baik dibanding negara-negara berkembang lainnya. Hal itu tercemin dari defisit anggaran yang masih terjaga.
“Kalau kita bandingkan dengan negara-negara di dunia, kenaikan defisit kita, kenaikan utang kita, jauh lebih terukur bahkan dibandingkan baik negara maju maupun negara-negara emerging,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (24/1).
Saat ini, utang pemerintah hingga akhir tahun tembus Rp 6.908,87 triliun dengan rasio utang 41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, defisit masih terjaga dan lebih rendah dari prediksi dengan realisasi 4,56 persen terhadap PDB di akhir 2021. Sri Mulyani menyebut, semua pihak seraya memandang hutang menjadi hal yang negatif. Padahal negara lain juga melakukan hal yang sama.
“Saya melihat hampir semua statement selalu melihatnya hanya lebih kepada sisi utang APBN kita sendiri. Seolah-olah kita menghadapi pandemi sendirian di dunia,” jelasnya.
Sri Mulyani berharap masyarakat dan para dewan perwakilan rakyat (DPR) dapat melihat kondisi utang Indonesia secara keseluruhan. Sebab, utang tersebut dimanfaatkan untuk memberikan perlindungan ekonomi bagi masyarakat rentan dalam menghadapi pandemi yang masih berlangsung.
“Mohon saya berharap untuk DPD juga tidak hanya melihat satu aspek hanya kepada biaya utangnya naik, nggak lihat manfaatnya banyak banget. Kalau pakai bahasa Islam kufur nikmat katanya,” ucapnya.