”Kami berbicara dengan semua rekan terkait situasi ke depan,” ujar Matthew Saltmarsh, juru bicara UNHCR. Dia menegaskan, lembaga tersebut memiliki kemampuan untuk memindahkan suplai bantuan jika diperlukan.
Harapan agar perang tak pecah masih ada. Itu karena Rusia merupakan salah satu penyuplai gas terbesar di Benua Biru. Jika konflik terjadi dan Moskow berhenti mengalirkan gas, negara-negara Eropa yang bergantung bakal terpuruk.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz kemarin bertemu di Berlin untuk membahas hal itu. Jerman termasuk salah satu negara yang mengimpor gas dari Rusia. Mereka enggan jika terjadi perang. Mereka juga menolak permintaan Ukraina untuk mengirimkan bantuan berupa peralatan tempur. ”Presiden Emmanuel Macron berpikir masih ada ruang untuk diplomasi dan jalan menuju deeskalasi,” ucap salah seorang ajudannya.
Rusia sejatinya telah beberapa kali berbicara dengan para pejabat negara Barat. Namun, belum ada kata sepakat. Pasalnya, tuntutan Kremlin terlalu sulit dipenuhi. Di antaranya, menolak pendaftaran Ukraina masuk NATO dan pasukan aliansi mundur dari negara-negara Eropa Timur yang bergabung setelah Perang Dingin. AS dan NATO telah menolak tuntutan tersebut.
Sementara itu, pesawat jet tempur F-35C milik AS celaka saat melakukan operasi penerbangan rutin. Tujuh orang dilaporkan terluka. Pesawat itu menabrak landasan saat hendak mendarat di kapal induk USS Carl Vinson di Laut China Selatan. Pilotnya berhasil melontarkan diri sebelum tabrakan terjadi. Dia termasuk korban luka dan kini kondisinya sudah stabil. Enam korban lainnya adalah para petugas di dek. Tiga di antaranya langsung dilarikan ke fasilitas medis di Manila, Filipina.