FAJAR.CO.ID, MOSKOW -- Rusia berang. Mereka menuding Amerika Serikat telah meningkatkan ketegangan di Ukraina. Pernyataan itu dibuat setelah beredar berita bahwa Negeri Paman Sam tengah menyiagakan 8.500 tentara. Mereka bersiap dikirim ke wilayah timur Eropa untuk mendukung pasukan NATO.
Di sisi lain, pihak NATO lebih dulu mengirim tambahan kapal dan pesawat tempur ke wilayah tersebut. ”Kami mengawasi tindakan AS dengan keprihatinan yang tinggi,” tegas Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, kemarin (25/1) seperti dikutip Agence France-Presse.
Rusia berkali-kali menampik tudingan bahwa mereka akan menginvasi Ukraina. Namun, mereka menyiapkan 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina. Lengkap dengan semua persenjataan dan unit perawatan darurat. Kremlin telah mengepung negara pecahan Uni Soviet itu dari sisi timur, utara, dan selatan. Negara-negara Barat meyakini bahwa Moskow bisa menyerang Kiev kapan saja. Ini adalah krisis terbesar antara wilayah Timur dan Barat sejak Perang Dingin.
Negara-negara Barat tak ingin kecolongan lagi. Sebab, ketika wilayah timur Ukraina bergolak, Rusia diam-diam mengirim bantuan untuk mendukung pemberontak. Mereka akhirnya mencaplok Krimea dari Ukraina. Separatis pro-Rusia juga masih bercokol di Donetsk dan sekitarnya.
Senin (24/1), Presiden AS Joe Biden menggelar pembicaraan via telepon dengan para pemimpin Eropa. Mereka telah mencapai kesepakatan terkait bagaimana menangani Rusia. Bantuan kloter kedua AS juga tiba kemarin.
Di sisi lain, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) tengah mengawasi situasi di Ukraina. Mereka siap membantu jika konflik di negara itu membuat penduduk harus kehilangan tempat tinggal. Meski begitu, mereka mendesak semua pihak untuk menahan diri agar pertempuran tak perlu terjadi.