Menurut dia, paham atau isme-isme destruktif pada masa kini menyebar deras lewat situs-situs internet dan media sosial. Self-radicalization dan self-recruitment adalah mekanismenya.
”Penyebaran seperti itu bisa terjadi di mana pun dan kapan pun. Alhasil, dengan nature regenerasi teror sedemikian rupa, apa justifikasi Polri dan BPET MUI untuk melakukan pemetaan sekaligus pemantauan terhadap masjid?” tanya Reza.
Jika terlaksana, lanjut dia, rencana program itu justru kontraproduktif bagi situasi kamtibmas. Selain itu, berdampak negatif terhadap hubungan antara Polri dan masyarakat.
Dai menyayangkan kesadaran yang sudah terbangun untuk melawan terorisme justru setback akibat program pemetaan tersebut. Apalagi andai warga yang merasa dirugikan menggugat Polri untuk bayar settlement, bisa terkuras anggaran Polri.
”Soft approach, begitu kabarnya pemetaan masjid akan dilakukan. Tapi hard hit, itu ekses yang justru mungkin terjadi. Jadi, timbanglah kembali. Batalkan, lebih baik lagi,” ucap Reza. (jpg/fajar)