”Pasien ini memiliki riwayat perjalanan dari Jakarta,” terang Lesty Nurainy.
Terkait sudah ditemukannya kasus Omicron di Sumsel, dia mengimbau, masyarakat tidak terlalu panik asalkan tetap disiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Untuk kasus yang ada, pemerintah akan menggencarkan pelacakan dan pemeriksaan tes usap antigen dan PCR.
Bagi yang terkonfirmasi positif, lanjut Lesty Nurainy, ditindaklanjuti dengan isolasi mandiri atau jika membutuhkan perawatan lebih lanjut dirujuk ke rumah sakit.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Iche Andriany Liberty menambahkan, dengan ditemukannya kasus baru Omicron tersebut, harus digencarkan testing, tracing, dan treatment (3T) kepada pasien yang terpapar. Upaya atau tindakan berupa tes (testing), penelusuran kontak erat (tracing) dan tindak lanjut berupa perawatan (treatment) bagi penderita Covid-19 dapat mencegah penyebaran virus itu.
”Siapa pun yang ada kontak harus dilakukan tes, sehingga yang terkonfirmasi positif dapat segera melakukan isolasi. Dengan begitu dapat mencegah virus menyebar,” terang Iche Andriany Liberty.
Dia menyarankan, pemerintah daerah memiliki target dalam melakukan tes dan tracing, semisal dengan membuat perbandingan 1 orang penderita berbanding dengan 15–20 orang. Jika upaya itu dilakukan varian Omicron dapat diredam, atau setidaknya tidak masif dalam penyebarannya.
”Selain 3T, yang tak kalah penting yakni upaya pemberian vaksin Covid-19 penguat (booster) ke kelompok rentan yakni lansia dan anak-anak, hingga masyarakat yang sudah melewati masa penyuntikan vaksin terakhirnya pada 6 bulan lalu. Kita tidak tahu, bagi yang awal-awal sudah divaksin seberapa lagi tingkat imun di tubuhnya. Jadi booster ini perlu digencarkan,” ucap Iche Andriany Liberty. (jpg/fajar)