FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat Muhammadiyah menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Yahya Muhaimin yang meninggal hari ini, Rabu (9/2) pukul 10.15 WIB di RS Geriatri Purwokerto. Kabar duka dari Menteri Pendidikan Nasional periode 1999-2001 ini merupakan kehilangan besar bagi dunia pendidikan Indonesia.
Sekadar informasi, almarhum pernah menjadi Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah, Anggota PP Muhammadiyah periode 2000-2005, dan Atase Dikbud di Washington DC Amerika Serikat. Yahya juga sehari-hari bekerja sebagai dosen dan Guru Besar, serta pernah menjadi Dekan di Fisipol UGM. Semasa muda aktif dan menjadi tokoh di Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
“Beliau adalah guru dan tokoh kami yang rendah hati, bergaul dan ramah menyapa kepada kader muda Muhammadiyah. Beliau sosok intelektual teladan yang menunjukkan kata sejalan tindakan. Meski kritis tetap rendah hati dan tidak tampak aura arogansi dengan kemuannya yang mumpuni,” tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Rabu (9/2).
Ketika buku dari disertasinya mengusik orang di sekitar istana yang berusaha menggugatnya, beliau menempuh jalan yang dianggapnya baik tanpa konfrontasi. Tetapi karya puncak intelektualnya tetap menjadi rujukan penting para pengkaji ekonomi politik Indonesia, yang membalik teori Marxisme.
“Ketika saya studi S2 dan S3 di UGM, beliau banyak memberikan perhatian dan dukungan, disertai pesan-pesan kearifannya yang elegan dan tanpa terkesan menggurui. Beliau beberapa kali pesan dengan mengutip pernyataan Pak AR Fakhruddin, ‘Mengurus Muhammadiyah ojo kenceng-kenceng’. Maksudnya, mengelola urusan Muhammadiyah jangan bertegangan-tinggi, moderat saja,” imbuh Haedar.