Jika masih mengalami kesulitan dalam belajar, ataupun terbayang-bayang dengan perang yang terus terjadi di kampung halamannya, ia selalu ingat dengan pesan orang tuanya. Bahwa Mohammad diberi tugas untuk mengubah nasib keluarganya dengan menjadi seorang sarjana dan berkarier di tempat yang lebih baik.
“Katakanlah algoritma, matematika, dalam bahasa manapun termasuk Inggris juga disebut demikian. Sifatnya universal. Jadi saya mulai belajar Bahasa Indonesia, hingga akhirnya saya tidak mengalami kendala sama sekali dalam komunikasi dan pelajaran. Alhamdulillah untuk pelajaran eksakta, nilai saya hampir seluruhnya A (sempurna),” ungkap Mohammad yang kini meraih IPK 3,8.
Magang Mengembangkan Sistem Akademik Berbasis Awan (Siakadcloud)
Sejalan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Mohammad yang kini duduk di semester enam, magang Perusahaan Education Technology SEVIMA. Program magang ini akan dinilai setara 20 SKS, dan menantang Mohammad untuk mengerjakan proyek berbasis digital secara langsung.
Salah satu proyek yang sedang dikerjakan Mohammad saat ini, menyediakan fitur tanda tangan elektronik di sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud). Proyek ini didasari atas pengalamannya yang kesulitan saat memperoleh izin dari dosen, baik untuk penelitian maupun melakukan aktivitas lainnya. Alasannya seringkali beragam, entah karena dosen tersebut sedang berada di luar negeri, ataupun justru harus di rumah saja karena kondisi Pandemi COVID-19.
“Dengan fitur yang saya buat selama magang ini nantinya, mahasiswa tidak perlu sulit-sulit lagi cari dosen untuk izin. Dosen juga tidak perlu kesulitan menemui mahasiswa hanya untuk tanda tangan surat. Semua bisa dilakukan secara elektronik dan digital,” ungkap Mohammad.