FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, berharap para tokoh Nahdlatul Ulama turun gunung, untuk mendamaikan warga yang terbelah dan menjurus konflik sosial, antara pihak pro dan kontra penambangan batu andesit.
Warga Dusun Kali Gendol, Desa Wadas, Wagimin, mengatakan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Wadas mengalami kerusakan dengan adanya pro dan kontra rencana penambangan batu andesit, yang digunakan sebagai bahan fondasi Bendungan Bener.
Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo saat ini menjadi sorotan nasional. Dalam peristiwa pengukuran lahan untuk lokasi penambangan batu andesit pada Selasa (8/2) polisi mengamankan 64 orang guna mencegah konflik horizontal antara warga pro dan kontra. Sehari kemudian mereka dilepaskan.
Atas rencana penambangan batu andesit, masyarakat Desa Wadas terbelah dua. Satu pihak setuju penambangan batu andesit dan pihak lain menentang. Sikap pro dan kontra ternyata menjalar lebih jauh dan menjurus konflik sosial.
Menurut Wagimin, warga pro dan kontra tidak saling tegur sapa. Bahkan acara keagamaan, sosial dan budaya dilakukan masing-masing pihak secara sendiri-sendiri.
“Situasinya memang seperti itu, sudah sangat memprihatinkan,” katanya di Purwerejo, Selasa (15/2) dikutip dari Antara.
Hal senada diungkapkan Syawaludin, warga Dusun Beran, Desa Wadas, yang menyampaikan ada kejadian mesin sepeda motor diisi dengan garam dan pasir. Hal ini terkait pihak kontra dan pro.
“Perpecahan mulai berlangsung dari tahun 2016 hingga sekarang ini, berarti sudah lima tahun,” katanya.