Rusia dan Ukraina Saling Klaim Diserang, Situasi Makin Tidak Menentu

  • Bagikan
Ilustrasi: Pasukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina (EyePress News/Rex/Shutterstock)

Versi Ukraina, saat ini justru ada 150 ribu tentara Rusia di perbatasan yang siap menyerang. Tidak ada pengurangan pasukan Rusia sama sekali seperti klaim Moskow belakangan.

Di lain pihak, Amerika Serikat memaparkan, jika Rusia menyerang, targetnya adalah beberapa kota sekaligus di luar Kiev. Yaitu, Kharkiv, Odessa, dan Kherson. AS sudah meminta penduduknya di Rusia menyiapkan skenario untuk pergi. Sebab, mereka berpotensi menghadapi intimidasi.

Tak sampai di situ. Berdasar surat yang dikirim AS kepada Kepala HAM PBB Michelle Bachelet terungkap, Rusia sudah memiliki daftar nama orang yang akan diburu. Dalam surat yang tak bertanggal itu, AS menunjukkan potensi pelanggaran lebih lanjut yang direncanakan Rusia. Yaitu, pembunuhan yang ditargetkan, penculikan atau penghilangan paksa, penahanan, dan penggunaan penyiksaan.

”Invasi Rusia ke Ukraina akan menciptakan bencana hak asasi manusia,” bunyi surat yang ditulis oleh Duta Besar AS untuk PBB Sheba Crocker tersebut seperti dikutip The Washington Post.

Mereka yang menjadi target adalah para pembangkang Rusia dan Belarusia yang kini mengasingkan diri di Ukraina, jurnalis, aktivis antikorupsi, etnis minoritas, serta kelompok LGBT. Ada juga informasi bahwa pasukan Rusia mungkin menggunakan tindakan mematikan untuk membubarkan aksi damai warga sipil.

Meski situasi kian tidak menentu, usaha negosiasi tetap berjalan. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengusulkan agar Presiden AS Joe Biden menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Terkait hal itu, Gedung Putih menyatakan bahwa secara prinsip Biden setuju.

  • Bagikan

Exit mobile version