FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengklaim tidak terjadi kelangkaan minyak goreng. Kelangkaan minyak goreng hanya terjadi pada produk bersubsidi. Minyak goreng, menurutnya, masih banyak yang menjual di pasar dan toko online atau e-commerce.
“Sebetulnya tidak langka, enggak ah. Yang ngantri kan yang mau beli minyak goreng harga Rp 14.000. Coba lihat di online dan di pasar banyak stoknya, mau beli berapa aja boleh, tapi mungkin harganya lebih dari Rp 14.000 bisa mencapai Rp 20 ribu per liter,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin, Rabu (23/2).
Solihin menjelaskan, berdasarkan hasil diskusi dengan produsen dan Satgas Pangan, produsen menyatakan tidak terjadi penurunan produksi. Artinya tidak ada kelangkaan minyak goreng. “Yang langka itu yang jual Rp 14.000, misalnya sejak tanggal 19 Januari pukul 00.00, Menteri minta seluruh anggota Aprindo menjual satu harga Rp 14.000 untuk premium otomatis kita mengikuti instruksi tersebut,” ujarnya.
Lantaran konsumennya bertambah dan harganya murah maka otomatis terjadi lonjakan pembelian. Ditambah masyarakat panik. “Barang ada (minyak goreng) itu yang terjadi sehingga di ritel modern kesannya barang sering kosong. Jadi, anggota Aprindo tidak memproduksi minyak tapi menjual,” ujarnya.
Tak hanya itu saja, faktor terjadinya kelangkaan karena masyarakat enggan membeli minyak goreng melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah. Dia menegaskan kembali, banyak yang menjual minyak goreng.