FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu menyinggung soal investor di Indonesia.
Hal ini berawal ketika ia menyoroti Presiden Joko Widodo yang mengklaim Indonesia sudah memiliki keberanian setelah 400 tahun karena sudah dapat mengolah sumber daya alam seperti nikel sebelum diekspor.
Menurutnya, kebanggaan yang disampaikan Jokowi tidak begitu berarti. Pasalnya Indonesia sudah lama mengolah minyak, gas, nikel, tembaga dan lain-lain.
Apalagi kata dia, yang mengolah bukan Indonesia, tapi para penambang asing.
“Skrg menyerahkan tambang ke asing utk diolah dan diekspor spt nikel dan bouksit oleh China serta tambang lain, itu yg dibanggakan ? Nikel diolah jadi baterei krn teknologinya mmg baru ketemu skrg,” tulisnya, Selasa, (1/3/2022).
Salah satu warganet, merespon unggas Said Didu tersebut. “Tidak masalah invertor datang ke Indonesia dari negara mana aja, yang penting bangun smelter di Indonesia, dan saru satunya negara yang mau cuma investor china. Cerdas pak, otaknya jgn dipenuhi kebencian, umur ndak lama lagi, bertobat,” timpal @baita***
Hanya saja, Said Didu langsung membalas kembali komentar yang ditujukan kepadanya dengan membeberkan sejumlah kebobrokan sistem yang digunakan investor asing di Indonesia.
Menurutnya, investor asing bisa dikatakan berguna bagi bangsa jika dapat memberikan sejumlah manfaat.
Pertama, dapat menampung tenaga kerja. Namun kenyataannya kata dia, Investor asing membawa tenaga kerjanya sendiri.
Kemudian membayar pajak. “ini dapat fasilitas bebas berbagai jenis pajak,” ujarnya.