Rusia Setop Penjualan Mesin Roket ke Amerika Serikat, Dmitry Rogozin: Biarkan Mereka Terbang dengan Sapu Mereka

  • Bagikan
Ilustrasi: Mesin roket, digunakan untuk mendorong pesawat terbang ke ruang angkasa. (Fossbytes)

FAJAR.CO.ID, MOSKOW -- Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu menyerukan negara-negara lain menjatuhkan sanksi kepada Rusia, atas invasi mereka ke Ukraina. AS sendiri juga telah memberi sanksi Rusia dengan melarang perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam itu, berhubungan bisnis dengan Rusia selama berkonflik dengan Ukraina.

Atas hal tersebut, perusahaan antariksa milik Rusia, Roscosmos, mengancam untuk tidak akan lagi menjual mesin roket ke AS. Ancaman ini merupakan bentuk respons Roscosmos terhadap sanksi yang dijatuhkan global pada Rusia terutama atas seruan AS.

Kepala badan antariksa Rusia, Dmitry Rogozin, mengatakan, penyedia peluncuran AS harus “naik sapu terbang” jika ingin ke luar angkasa. Dikutip dari DailyMail, hal ini dia sampaikan saat mengumumkan diakhirinya penjualan roket dengan perusahaan AS.

“Hari ini kami membuat keputusan untuk menghentikan pengiriman mesin roket yang diproduksi NPO Energomash ke Amerika Serikat,” katanya demikian.

Rusia sendiri diketahui telah menjual dan memelihara mesin roket RD-180, yang digunakan pada tahap pertama roket Atlas V United Launch Alliance (ULA), sejak pertengahan 1990-an silam. Sejauh ini, dari 122 yang dikirim, 98 telah digunakan.

“Dalam situasi seperti ini kami tidak dapat memasok Amerika Serikat dengan mesin roket terbaik dunia kami. Biarkan mereka terbang dengan sesuatu yang lain, sapu mereka, saya tidak tahu apa,” kata Rogozin melalui tayangan televisi pemerintah Rusia.

Sementara itu, ULA sendiri sudah mulai bekerja untuk mengganti mesin RD-180 di Atlas V, menandatangani kesepakatan pada tahun 2014 dengan Blue Origin milik Jeff Bezos untuk mesin BE-4. Selain mengakhiri penjualan mesin ke AS, Rusia juga mengumumkan sudah menarik diri dari proyek bersama dengan Jerman dan perjanjian peluncuran dengan Badan Antariksa Eropa, serta mengancam AS dengan diakhirinya Stasiun Luar Angkasa Internasional.

  • Bagikan