Dalam setiap aksinya itu kata dia, almarhum hanya membawa peralatan medik, bukan senjata.
“Dan ketika mendengar beliau ditembak mati karena melawan, rasanya tidak mungkin. Karena saya ketemu terakhir beliau hari Sabtu kemarin saat beliau takziyah ke keluarga kami setelah perjumpaan terakhir tahun 2009, beliau berjalan masih memakai tongkat, tertatih-tatih. Sepertinya tidak mungkin bisa melawan,” ujarnya
“Semoga Allah mengampuni beliau dan menerima amal beliau, serta memasukkan ke dalam janah bersama para nabi, para sidikin, orang-orang salih dan para syuhada,” pungkasnya.
Terkait hal itu, Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar memberikan penjelasan.
“Untuk diketahui dan ditegaskan lagi, bahwa tersangka melakukan perlawanan bukan dengan fisiknya,” tekan Aswin kepada wartawan, Jumat (11/3/2022).
Dokter Sunardi, kata Aswin, menabrakkan kendaraannya kepada aparat yang berupaya menghentikannya.
“Tersangka menabrakkan kendaraannya kepada petugas yang menghentikannya dan kendaraan petugas tersebut,” bebernya.
Tidak berhenti, dokter Sunardi juga melarikan dan menabrak sejumlah kendaraan masyarakat yang kebetulan melintas.
Itu setelah terjadi kejar-kejaran antara tim Densus 88 Antiteror dengan dokter Sunardi.
“Kemudian melarikan diri dan menabrak beberapa kendaraan milik masyarakat yang kebetulan berada di jalan juga sehingga sangat membahayakan jiwa bagi petugas dan masyarakat,” sambungnya. (Ishak/fajar)