FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Pakar IT Universitas Hasanuddin (Unhas), Riza S Sajad mempertanyakan konsep Metaverse yang tengah dicanangkan oleh Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
Dia menjelaskan, dirinya memahami metaverse berdasarkan yang dijelaskan oleh Dr. Budi Rahardjo. Dan saat ini ia sedang memahami novel “Snow Crash” yang menceritakan tentang “Metaverse”, suatu realita semu (Virtual Reality) yang dibangun dengan software komputer
Lebih jauh dia menyebut, istilah "metaverse" pertama kali digunakan dalam novel sci-fi "Snow Crash" (1992).
Lanjut kata dia, metaverse adalah suatu “virtual reality”, realita semu, yang dibangun dengan pemrograman komputer.
“Kita bisa ‘masuk’ ke metaverse lewat layar monitor (laptop, tablet, HP) atau lewat "goggles" (seperti kaca-mata menyelam) yang dipasang di mata kita,” ujarnya.
Sebagai contoh, misalnya internet banking yang dikenal sekarang masuk lewat aplikasi, kemudian memilih menu, dan melakukan transaksi.
Dengan metaverse, kita bisa seolah-olah masuk ke suatu kantor cabang, ketemu teller, dan melakukan transaksi seperti seolah-olah berada di suatu kantor cabang sebuah bank.
Metaverse yang dilihat, bahkan dengar dan raba seolah-olah dunia nyata, padahal hanya program aplikasi saja.
“Misalnya kita bisa bikin ‘balaikota’ Makassar, atau kantor Dukcapil, atau kantor kelurahan Tamalanrea, semua dalam metaverse, dan semuanya semu,” tuturnya
Kita bisa ketemuan dengan semua orang dalam metaverse, dalam bentuk “avatar” mereka masing-masing.
“Akun setiap orang di-metaverse namanya ‘avatar’, dan itu di layar monitor (2 dimensi) atau goggles (3 dimensi) akan merepresentasikan diri kita masing-masing,” pungkasnya. (selfi/fajar)