FAJAR.CO.ID, PRANCIS -- Prancis memasuki babak baru penanganan pandemi Covid-19. Negara yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron tersebut memilih untuk mencabut sebagian besar aturan terkait Covid-19 mulai Senin (14/3). Padahal, kasus harian masih tinggi dengan kenaikan rata-rata 20 persen. Tapi, Prancis memilih melonggarkan pembatasan dan memulai kenormalan baru.
Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengakui bahwa kasus Covid-19 naik seperti halnya di negara-negara lain di Eropa. Di lain pihak, tekanan di IGD rumah sakit justru turun. ”Varian BA2 Omicron memang lebih menular, tapi tidak terlalu berbahaya,” ujarnya.
Pencabutan tersebut dilakukan hanya beberapa pekan menjelang digelarnya pemilu presiden (pilpres). Rencananya, pesta demokrasi itu dilaksanakan dua putaran pada 10 April dan 24 April. Elektabilitas Macron saat ini tengah naik gara-gara masalah Ukraina. Macron termasuk salah satu petinggi negara yang bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum invasi ke Ukraina terjadi.
Dilansir The Guardian, status wajib vaksin lengkap untuk memasuki tempat-tempat publik seperti bioskop, restoran, dan kafe kini tidak berlaku lagi. Penduduk bisa pergi ke mana saja tanpa perlu menunjukkan status vaksinasinya.
Kartu vaksin yang diterapkan sejak Juli tahun lalu itu berhasil membantu mendongkrak angka vaksinasi di Prancis. Saat ini Prancis masuk jajaran negara di Eropa dengan persentase vaksinasi tertinggi. Lebih dari 90 persen penduduknya sudah divaksin. Karena itulah, tanda bukti vaksin dirasa tidak diperlukan lagi. Kemarin Prancis juga menggulirkan program booster kedua atau dosis keempat untuk lansia 80 tahun ke atas.