Buaya yang berkeliaran di permukiman itu, kata Awang, rata-rata masih berukuran sedang. Pihaknya tetap mewaspadai adanya kemunculan buaya berukuran besar, yang bisa saja menerkam warga di tengah situasi banjir saat ini.
"Ukuran buaya yang muncul selama ini masih sedang di sekitar 1,5 meter sampai dua meter. Untuk yang biasa menerkam itu dikisaran 4-5 meter," katanya.
"Tetap kami meminta warga waspada, dengan buaya besar yang bisa saja ikut berkeliaran di permukiman. Kami tidak henti-hentinya selalu mengimbau warga untuk tetap waspada dengan keberadaan hewan buas," lanjutnya.
Ditambahkan Awang, banjir yang melanda Sangatta mulai berangsur-angsur surut sejak Rabu (23/3) pagi. Kendati demikian, air yang merendam ribuan rumah warga selama lima hari tersebut, terpantau masih setinggi 70-100 sentimeter.
Awang menjelaskan banjir yang menerjang Bumi Untung Benua sejak Sabtu (19/3) lalu sempat setinggi 120-200 sentimeter. Banjir sulit surut dikarenakan fenomena pasang air laut.
"Banjir perlahan mulai turun, tetapi air masih menggenang di sekitar pinggang dan sedada orang dewasa. Sebelumnya air sempat setinggi 180-200 sentimeter. Air susah surut karena ada fenomena rob, membuat air yang sedang berlimpah bertahan," ucapnya.
BPBD Kutim mencatat, ada sekitar 2.000 warga yang mengungsi di posko pengungsian. Sementara jumlah korban yang terdampak banjir ada sekitar 25.099 jiwa.
"Untuk di Ibu Kota Kutim, Sangatta Utara itu ada sekitar 15.004 jiwa, sedangkan Sangatta Selatan ada 10.095 jiwa," katanya. (jpnn/fajar)