Gerakan ekstremisme agama atau aksi terorisme erat kaitannya dengan sikap kultus (menokohkan seseorang secara berlebihan).
Toffler memberi keterangan bahwa kultus (cult) merupakan gejala spiritual-keagamaan dengan sistem pengorganisasian yang ketat, penuh disiplin, absolutistik, kurang toleran dengan kelompok lain, berpusat pada ketokohan yang berdaya pikat retorik dan mampu menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan dengan sederhana.
Lebih lanjut Toffler memberi keterangan bahwa merajalelanya kultus adalah gejala sosial yang hanya dapat diterangkan jika kita melihat gejala-gejala negatif masyarakat industri atau dengan kata lain gejala kultus sebagai bibit dari gerakan terorisme tidak dapat dilihat sebagai persoalan agama un-sich.
Adapun gejala-gejala negatif dari masyarakat industri menurut Toffler adalah kesepian, rapuhnya struktur masyarakat, serta ambruknya makna yang berlaku.
Gejala-gejala negatif dari masyarakat industri sebagaimana keterangan Toffler di atas, sangat berpotensi membuat seseorang tertarik pada kultus, alasannya karena di tengah keadaan kesepian yang mencekam, kultus hadir menawarkan perkawanan dan persahabatan yang hangat, ditengah rapuhnya struktur masyarakat dan ambruknya makna kehidupan, kultus hadir menawarkan penjelasan tentang makna dan tujuan hidup secara simplistik (sederhana).
Dengan demikian, laju industrialisasi yang tidak terkontrol dalam masyarakat bisa menjadi pemicuh tumbuh suburnya kelompok-kelompok kultus yang menjadi benih dari aksi terorisme.