"Mau belajar apa saja, klik ada semua mata kuliah. Sebelum bapak ibu mengajar, murid bisa lebih pintar dari kita. Belum lagi tantangan ke depan, kalau tidak seperti ini, maka kita akan punya ancaman ke depan," jelasnya.
Kata Ary, Profesi guru tentu di dalam pertanyaan. Tidak hari ini karena mungkin sekarang masih banyak pengetahuan yang tidak diketahui lagi oleh anak didik kita. Tapi 10-20 tahun lagi mana yang lebih pintar untuk pengetahuan? guru atau anak-anak milenial ke depan atau Gen Z.
Untuk itu, kata Ary, guru harus bisa menghadapi situasi dimana pendidikan harus memiliki kreativitas, inovasi dan kritis. Belum lagi guru dituntut untuk secara holistik mengajarkan ilmu pengetahuan dan mempertahankan guru tetap terdepan.
“ Nanti ada menteri lagi akan ganti kurikulum, mata kuliah juga akan berganti-ganti dan apa yang diajarkan hari ini belum tentu bisa dipakai ke depan, yang dipakai ke depan belum tentu lagi dipakai ke depan. Lalu kita ngajar apa? Profesi PGRI seperti apa? Bisa-bisa kita ditertawakan oleh murid-murid yang sekarang Gen X dan Gen Y," ungkapnya.
Saat ini sudah tidak bisa directive mengajar kepada anak-anak. Anak-anak harus dilakukan apa yang disebut enabling. Enabling adalah pemberdayaan.
Itulah konsep dasar yang disebut dengan merdeka belajarTetapi tidak cukup hanya dengan kurikulum dalam merdeka belajar. Tetapi cara guru mengajar atau metodologi guru, itu kuncinya.
Menurutnya hal itu seperti pepatah yang mengatakan bahwa kurikulum materi itu bagus, tetapi lebih penting lagi adalah metodologi. Metodologi itu bagus, namun yang lebih penting adalah jiwa sang guru , spirit sang guru itu jauh lebih penting.