“Memang profesor saya ini tidak tercatat atau dicatat tidak ada keputusan dari presiden ataupun menteri. Tapi bukan berarti dia itu gadungan,” katanya.
“Kalau yang tercatat itu yang dapat uang dari negara. Saya sama sekali tidak dapat uang dari negara. Saya dapat dari masyarakat melalui kepakaran saya sebagai sosiolog,” sambungnya.
Musni juga mengaku tidak pernah memakai gelarnya di dalam surat menyurat resmi kepada pemerintah.
Sebagai bukti, ia mengklaim perkembangan pesat Universitas Ibnu Chaldun di bawah kepemimpinannya.
“Sejak saya pimpin, UIC berkembang luar biasa. Tadinya dari 300 mahasiswa, sekarang tercatat dan aktif 2.751,” katanya.
Dia juga menyatakan bisa menghidupkan kembali Universitas Ibnu Chaldun setelah dua kali dinonaktifkan pemerintah.
“Itu tadi program studinya mati semua kecuali hukum, sekarang hidup semua,” kata dia. (pojoksatu/fajar)