FAJAR.CO.ID, PAREPARE -- Keterlambatan perampungan pembangunan Masjid Terapung rupanya juga disebabkan oleh Wali Kota Parepare, Dr HM Taufan Pawe. Orang nomor satu di Parepare itu mengakui adanya keterlambatan karena dirinya melakukan pengawasan ketat secara langsung.
Taufan Pawe mengaku merasa trauma dengan pembangunan Masjid Agung.
"Maaf saya trauma. Mungkin kita bisa bayangkan bersama pembangunan Masjid Agung yang dianggarkan kemarin. Sekarang coba lihat, amburadul kerjanya. Basicnya memang salah, perencanaannya keliru. Pengawasannya tidak ketat,” kata Taufan.
Untuk pembangunan Masjid Terapung, Taufan Pawe mengaku turun tangan secara langsung. Materialnya harus diketahui. Bahkan dikontrol sampai penggunaan jenis catnya.
”Mihrabnya pakai marmer onix yang menyala. Beda dengan Masjid Agung, dari luar kalau diambil videonya sangat membanggakan. Tetapi begitu kita di dalam, masuk ke toilet lah, sementara salat lah, takut kejatuhan plafon. Ini yang membuat saya sangat ketat di Masjid Terapung,” bebernya.
Meski begitu, TP mengaku tetap berhati-hati dalam menegakkan asas dan norma terkait kontrak. Pihaknya sudah membentuk tim yang melibatkan PPK untuk konsultasi ke BPKP.
Meskipun di BPKP hasilnya sama, ada masa kontrak, dia kemudian memutuskan konsultasi ke Pusat. Di pusat, dia mengaku mendapatkan lampu hijau untuk melanjutkan pembangunan tersebut.
”BPKP mengatakan ada masa kontrak. Setelah itu tidak bisa diperpanjang lagi. Saya tidak diam, saya minta ke BPK. BPK tidak memberi pendapat dan minta lanjut ke LPPK. Di sana mereka bilang, ada perpanjangan 50 hari ditambah lagi 40 hari, tetapi tidak ada aturan yang mengatakan 40 hari. Cuma kebiasaan-kebiasaan saja,” jelasnya.