"Kelihatan sekali penambahan signifikan terjadi saat pandemi. Dari total Rp 4.247 T (Okt 2014-Des 2021), Rp 2.122 T atau 50% ditarik 2020-21," jelasnya.
Dilanjutkan, bahwa, rasio utang terhadap pendapatan negara cenderung meningkat sehingga kerap timbul pertanyan tentang kemampuan bayar.
"Nah, tahun 2021 kondisi mulai membaik dan akan terus diperbaiki dengan reformasi perpajakan yang komprehensif.," katanya.
Rasio utang publik Indonesia, sambung Pratowo, salah satu yang rendah dengan penambahan utang yang moderat.
"Ini bukti utang terus dikelola secara hati-hati. Menurut IMF, tahun 2020 rasio utang terhadap PDB Indonesia ada di peringkat 132 dari 168 negara. Sangat bagus!" tuturnya.
Prastowo menjelaskan bahwa, tahun 2020 kebutuhan menghadapi pandemi covid sangat luar biasa. Dan tampak samgat jelas kualitas belanja APBN semakin baik. Belanja berbagai program prioritas pun tumbuh dengan baik.
"Artinya utang semakin produktif untuk kepentingan publik," katanya.
"Maka selalu kami sampaikan, kebijakan dan tata kelola utang itu berkelanjutan," paparnya. (fin)