Baru-baru ini, kesepakatan Indonesia dengan Perancis melalui kontrak pembelian 42 jet tempu Rafale dan restu AS untuk mengakuisisi F-15 Eagle menjadi titik balik kemajuan kekuatan TNI Angkatan Udara. Melalui pembelian alutsista tersebut sesungguhnya kita sedang melakukan investasi kekuatan militer khususnya matra udara dalam rangka membangun kekuatan dan membina kemampuan untuk menghadapi berbagai ancaman terhadap NKRI.
Dari aspek geopolitik pengadaan kekuatan militer matra udara tersebut cukup signifikan ditengah turbulensi yang tengah berlangsung di Laut Cina Selatan (LCS) dan Indo pasifik. LCS dan Indo Pasifik, dua kawasan strategis yang menjadi perhatian bagi banyak negara yang memiliki kepentingan khususnya bagi negara dengan kapabilitas militer kuat. Dinamika geopolitik akibat globalisasi dikawasan itu menuntut Indonesia untuk aktif menjaga hubungan baik dikawasan itu yang tentunya harus dibekali dengan kekuatan militer yang dapat diandalkan sebagai partner diplomasi.
Saat ini terdapat tiga aliansi yang mengelilingi (mengepung) Indonesia, yaitu: pertama, Quadrilateral Security Dialogue (QSD atau Quad) yang terdiri dari AS, Jepang, India dan Australia, kedua, Five Power Defence Arrangements (FPDA) terdiri Inggeris, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura, dan ketiga, AUKUS, beranggotakan AS, Australia dan Inggeris. Ketiga pakta pertahanan tersebut semua berorientasi pada LCS dan Indo Pasifik yang keduanya juga menjadi daya Tarik Cina. Kawasan Indo Pasifik adalah merupakan regional politik,sosial dan ekonomi yang merangkum seluruh wilayah dari Asia Timur, Selatan dan Tenggara merentang hingga negara-negara Pasifik (Oceania) sehingga konstelasi yang terjadi dikawasan itu akan sangat memengaruhi Indonesia. Keberadaan pesawat tempur merupakan subsistem dari sistem pertahanan udara dan menjadi bagian integral dari sistem pertahanan negara. Proses pengadaan pesawat tempur berjenis Rafale (Perancis) dan F-15 Eagle (AS) yang sedang berproses masuk ke Indonesia saat ini pada hakikatnya upaya meningkatkan kembali kemampuan sistem pertahanan udara nasional.