Prof Ambo mengatakan perbedaan ini dimulai tahun 1998, mereka yang menggunakan hisab melaksanakan hari raya idul fitri Kamis 29 Januari 1998 dan yang menggunakan hisab bin imkan rukyah idul fitrinya baru pada 30 Januari 1998.
Perbedaan penetapan awal bulan Dzulhijjah ini terjadi lagi pada 2000 dimana pada pelaksanaan idul adha mereka yang menganut hisab, Kamis 16 Maret 2000 dan yang menganut rukyat Jumat 17 Maret 2000.
Dan pada 2003 terjadi lagi perbedaan penetapan 1 Dzulhijjah tahun 1423 H, sehingga menyebabkan perbedaan pelaksanaan hari raya idul adha, penganut hisab menetapkan Selasa 11 Februari 2003 sedangkan yang menganut rukyah menetapkan hari raya idul adha Rabu 12 Februari 2003.
Rektor Prof Ambo Asse menjelaskan sebab- sebab terjadinya perbedaan penetapan awal bulan qamariyah terutama awal bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah karena penggunaan sistem atau metode rukyatul hilal dan sistem hisab dalam penetapan awal bulan qamariyah.
Perbedaan ini juga terjadi karena penggunaan sistem hisab yang beragam dan berbeda- beda, karena sistem hisab juga terdiri atas beberapa jenis, hisab bil ijetima, bi wujudil hilal dan bi imkan al-rukyah, serta penggunaan mathla.
Penggunaan mathla ini sebut Ambo Asse ada menggunakan mathla wilayah hukum negara sendiri, ada mathla yang menggunakan wilayah hukum dan sekitarnya yakni satu mathla, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura serta ada yang menggunakan mathla global atau dunia Internasional yaitu hanya satu mathla se dunia. (selfi/fajar)