“Eh tahu nggak sih apa keuntungan jadi rektor di PTN kecil? Tunjangan bulanan 5,5 juta, harus meninggalkan keluarga. Saya akan dapat lebih banyak kalau saya ngajar full di ITS, dapat remunerasi, bisa ngajar banyak SKS untuk menambah remun,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Budi mengaku selama mengabdi menjadi rektor di ITK dirinya juga kerap menomboki berbagai kegiatan yang masih berkaitan dengan kampus tersebut. Dia mengaku tidak masalah harus mengeluarkan duit pribadinya demi kepentingan kampus.
“Bahkan di ITK kadang harus keluar duit untuk membantu staf tendik atau mahasiswa dengan uang pribadi. Tawaran dari kontraktor untuk memperbaiki rumah, mengirim parcel, saya tolak semua. Tidak jarang tamu institusi saya ajak makan dengan uang sendiri agar ITK tidak direpotkan. Ada yang mau ganti? Silakan,” tukasnya.
Sebagaimana diketahui, Budi Santosa Purwokartiko menyita perhatian publik karena membagikan pendapatnya tentang calon penerima beasiswa LPDP. Dia menggunakan istilah bernada rasialisme ‘manusia gurun’ dalam menceritakan proses wawancara LPDP. Jadi, 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.
“Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi,” ucap Budi melalui akun Facebooknya.
Konten itu memicu kritik publik. Irvan Noviandana mengirim surat terbuka kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Andin Hadiyanto untuk menindak pernyataan rasialisme itu. Budi sendiri telah memberi konfirmasi terkait penyataannya di medsos tersebut.