“Tahun ini kami juga akan melakukan intervensi multisektor untuk PAUD HI, salah satunya program deteksi dini gizi buruk di sarana PAUD” ungkap Nike.
Sementara itu, Sekertaris I Tim Penggerak PKK Sulsel, Zulfitriany D Mustaka, mengaku sangat mengapresiasi program yang diusulkan Unicef Indonesia untuk deteksi dini gizi kurang dan gizi buruk di Sulsel. Menurutnya, program ini sejalan dengan program prioritas PKK dalam menciptakan generasi Sulsel yang lebih baik kedepannya.
"Penentuan untuk pengukuran gizi buruk bagi anak-anak usia enam bulan sampai 59 bulan itu ternyata mereka sudah memiliki model untuk pengukurannya yang bisa diterapkan langsung dari rumah ke rumah," ucapnya.
Menurutnya, disinilah peran Tim Penggerak PKK yang memiliki jenjang organisasi yang terstruktur dan sistematis dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa, dan Kelurahan untuk terlibat dalam menghadirkan generasi yang lebih sehat kedepannya.
"Disinilah mereka (Unicef) menggandeng kita untuk mensosialisasikan penggunaan alat ini nanti, itu bisa di implementasikan hingga di jenjang dasa wisma," ujarnya.
"Mudah mudahan ini sama dengan penanganan stunting kemarin yang dari 10 besar hingga keluar dari 10 besar dengan adanya gerakan PKK, nah ini gizi buruk ini pun bisa kita selesaikan di tahun 2022 mudah-mudahan," harapnya.
Zulfitriany juga mengungkapkan, program ini dapat menjadi langkah strategis Unicef dalam membantu pemerintah untuk penanganan kasus gizi kurang dan gizi buruk di Sulsel.
Menurutnya, anak usia PAUD sangat rentan dan sangat besar peluang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. "Misalnya anak-anak membawa bekal ke sekolah dengan snack-snack yang tidak layak. Jadi kalau sudah terindikasi bahwa anak gizi buruk kita sudah bisa intervensi," jelasnya.