Berkunjung ke Jakarta, Australia-Indonesia Institute Bahas Perkembangan Dialog Antar Agama

  • Bagikan

Senada dengan Riri, Dosen ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Yulianti Muthmainnah juga menyoroti hal yang sama dengan Riri, dan menambahkan peran penting perempuan di Indonesia, seperti dalam BPUPKI. "Dalam BPUPKI, ada 2 nama perempuan yang hampir tidak pernah di singgung dalam pembelajaran," kata Yulianti yang juga menyoroti pentingnya zakat untuk korban kekerasan seksual, KDRT, dan incest termasuk untuk pemberdayaan ekonomi para korban dan dapat diberikan juga pada kelompok rentan lintas agama.

Rita Pranawati bercerita bagaimana pengalamannya di komunitas Ahmadiyah yang mayoritas di NTB. Walau pemeluk Ahmadiyah banyak di provinsi tersebut akan tetapi tidak banyak masyarakat NTB yang mengenal Ahmadiyah.

Alumni AIMEP, Irfan L. Sarhindi menyoroti bahwa problem interfaith dialogue disebabkan karena ada stereotype terhadap yang berbeda karena corak pergaulan yang homogen. Irfan yang sementara melanjutkan studi PhD di Universitas Oxford, juga bercerita inisiatif yang sudah dilakukannya seperti Ask Me Anything, Doa Lintas Agama, dan Chatbot Bineka.

Yon Machmudi, Direktur Eksekutif Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind Institute) menjelaskan pentingnya kesadaran bersama tentang perlunya interfaith dialogue baik di level grassroot maupun elit. Kondisi yang sudah membaik di masyarakat jangan sampai dirusak oleh perilaku elit yang intolen.

"Di samping itu penting ditingkatkan pada level yang lebih praktis kesadaran saling menghormati dan sikap saling percaya dalam bentuk interfaith engagement baik dalam bentuk aksi bersama maupun kolaborasi secara nyata di masyarakat di antara penganut agama yang berbeda," jelas lulusan PhD ANU tersebut.

  • Bagikan