Berkunjung ke Jakarta, Australia-Indonesia Institute Bahas Perkembangan Dialog Antar Agama

  • Bagikan

Alumni AIMEP lainnya, Farinia Fianto menyoroti bahwa problem dalam interfaith dialogue adalah pada pendidikan yang seharusnya membangun kecakapan kritis, akal sehat dan empati. Pendidikan harus menjadi solusi yang taktis dalam mengatasi sejumlah masalah seperti radikalisme, kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan sejumlah masalah lainnya yang dihadapi oleh bangsa dan negara.

"Negara harus memiliki sistem pendidikan yang merata, komprehensif dan berkesinambungan. Lintas sektoral harus duduk bersama dan melepaskan ego. Pendidikan sebagai amanah dan investasi kan sudah termaktub dengan jelas di UUD," kata Farinia, lulusan Universitas Leiden, Negeri Belanda.

Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Alumni Crawford School of Public Policy ANU, Saidiman Ahmad berbagi gagasan soal menurunnya kebebasan sipil atau civil liberties di Indonesia. Dia berharap agar kebebasan sipil dapat terus dirawat. Kesediaan menerima mereka yang berbeda, menurut Saidiman adalah unsur penting dalam membangun toleransi di masyarakat.

Mengutip Freedom House, Saidiman menjelaskan, demokrasi Indonesia mengalami penurunan 10 tahun terakhir. Aspek yang paling bermasalah adalah kebebasan sipil. "Kelompok-kelompok minoritas belum mendapatkan haknya sebagai warga negara secara penuh, dan masih banyak yang didiskriminasi," lanjut Saidiman.

Nurul Bahrul Ulum berpandangan bahwa strategi menghadapi persoalan intoleransi harus melalui kebijakan sekaligus pendekatan akar rumput, karena cara pandang yang sudah dikonstruksi sejak lama tidak mudah untuk bisa berubah. "Cara pandang ekslusif menurut saya dapat diubah perlahan-lahan, salah satunya melalui dialog dan interaksi teman-teman lintas agama secara continue," tegas Nurul, Sekjen Forum Alumni AIMEP.

  • Bagikan

Exit mobile version