Kemudian faktor lain yang dapat memperkuat IHSG adalah dana asing yang masuk ke pasar modal dalam negeri.
Sebagaimana diketahui, tingkat inflasi yang menerpa perekonomian global akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina, membuat dana asing dalam jumlah besar masuk ke emerging market termasuk pasar modal di Tanah Air.
"Nah sampai hari ini tahun 2022 net buy asing itu sekitar Rp63 triliun," ungkapnya.
Di sisi lain Edhi juga mengingatkan perlunya mewaspadai kenaikan suku bunga oleh The Fed. Langkah otoritas keuangan Amerika Serikat tersebut selalu menciptakan disinflationary di stock market.
Artinya, setiap kenaikan bunga acuan The Fed membuat stock market turun.
"Paling lama itu impact-nya adalah 9 bulan. Jadi yang harus kita catat juga kondisi ini artinya bahwa sentimen market itu lebih berpengaruh dibandingkan apapun. Oleh karena itu rajin-rajinlah meng-update diri terhadap perkembangan ekonomi dunia dan kira-kira apa yang akan terjadi dan mempengaruhi investasi anda," sambungnya.
Oleh karena itu, dia menyarankan agar investor tak perlu khawatir dengan sentimen negatif terkait persepsi negatif perdagangan di pasar modal pada Mei. Sehingga ada istilah sale in/on May and go away.
Persepsi itu, kata dia, timbul karena pada Mei atau bahkan dari akhir April sampai akhir Juni masyarakat dunia mengenal summer holiday. Di mana biasanya investor lebih suka menyimpan uang tunai dari pada aset karena menghadapi libur panjang.
"Jadi semua lebih prefer pegang cash daripada pegang asset. Takut terjadi apa-apa selama bulan April akhir sampai bulan Juni akhir tersebut. Maka sering terjadi yang dinamakan sell in/on May and go away," pungkasnya. (fin)