Sadriana juga menulis beberapa antologi buku. Beberapa diantaranya, Antologi Buku Wajah Pendidikan Indonesia diterbitkan Universitas Negeri Riau (2016), dan Antologi Buku Menenun Air Mata (2017).
Keterlibatan Sadriana dalam organisasi kemahasiswaan maupun keaktifannya mengikuti beragam lomba menulis, tidak membuatnya melupakan tanggungjawab akademik sebagai mahasiswa. Terbukti, saat menyelesaikan S1 tahun 2017, ia berhasil meraih predikat sebagai wisudawan terbaik tingkat fakultas maupun universitas di Unismuh Makassar.
Prestasi itu membuatnya berhak memeroleh beasiswa S2 yang ditanggung penuh oleh Unismuh Makassar, sekaligus diangkat menjadi dosen persyarikatan di kampus almamaternya apabila telah menyelesaikan studi magister.
Berproses di Universitas Teknologi Malaysia
Sadriana memutuskan melanjutkan pendidikan ke Universitas Teknologi Malaysia (UTM). Ia mengakui, keputusannya memilih kampus itu atas dorongan Erwin Akib PhD, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar. Erwin Akib juga merupakan alumni S3 di kampus itu.
Meski sudah berpengalaman menjadi mahasiswa terbaik saat kuliah S1 di Makassar, Sadriana mengaku tetap mesti beradaptasi dengan kultur kedisiplinan di kampus UTM
“Memang kedisiplinan belajar di sana tinggi, sehingga mulai dari masuk kelas, presensi kehadiran dan tugas punya masing-masing waktunya. Kami juga lebih banyak dituntut mengakses tugas-tugas itu secara online,” jelas Sadriana.
Proses adaptasi lainnya yang cukup menantang di UTM, lanjut alumni Unismuh ini, adalah proses belajar yang berpusat pada mahasiswa. “Kami dituntut megembangkan materi dan belajar mandiri dalam proses perkuliahan.”