Para fasilitator akan menjalankan berbagai strategi capaian target kinerja melalui IDM, penggunaan dana desa, strategi perencanaan, pendampingan dan pembangunan desa melalui IDM serta strategi komunikasi dengan pemerintah desa dalam memaksimalkan program kerja.
Desa yang mendapat pendampingan akan ada dua orang pendamping atau fasilitator dari Yayasan Hadji Kalla yang telah berpengalaman dan sukses melakukan pembinaan di desa-desa sebelumnya. Fasilitator desa tersebut siap untuk bersinergi dan melaksanakan tugas pembinaan dan pendampingan masyarakat desa dengan sistem rotasi.
“Kami berharap bahwa dengan dimulainya program kerja di tahun 2022 ini, bisa semakin membantu desa-desa yang berkategori sangat tertinggal untuk terus belajar dan berkembang baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya hingga nilai-nilai keagamaan,” ungkap Akhsan, salah seorang tenaga field facilitator desa Yayasan Hadji Kalla.
Dari kesebelas desa yang ada, semuanya termasuk desa baru. Untuk diketahui, tahun ini Yayasan Hadji Kalla melakukan inovasi dengan merekrut fasilitator lokal atau orang yang berasal dari wilayah provinsi di mana desa binaan berada, yakni dari Sulteng dan Sultra. Hal tersebut tentunya untuk mengoptimalkan program kerja yang akan dijalankan. (rls)