Saat bincang-bincang bersama guru dan siswa yang dipilihnya secara acak, program literasi cukup digali lebih dalam, mulai dari program, bentuk pelaksanaan, dan juga hasil pelaksanaan program. Selain itu, mereka juga menggali program-program sekolah yang lain, termasuk proses pembelajaran dan program prencanaan untuk menjaga nilai-nilai sekolah. Secara tidak langsung mereka juga mengevaluasi kecakapan peserta didik saat mereka melakukan wawancara.
“Saya terkesan dengan kepercayaan diri siswa di sini. Mereka menjawab pertanyaan saya dengan mantap dan penuh keyakinan. Mereka sangat komunikatif, padahal mereka saya pilih secara acak. Saya tidak ingin ditunjukkan oleh kepala sekolah akan siswa yang diwawancarai,” ungkap Konsultan Direktorat Sekolah Menengah Atas dalam bidang kepenulisan buku, Moelyono.
Hasil dari wawancara atau kunjungan yang dilakukan di sekolah-sekolah sasaran nantinya akan dituangkan dalam bentuk buku sebagai bahan advokasi dan fasilitasi untuk peningkatan kualitas pembelajaran siswa di Indonesia.
Semoga SMA Islam Athirah Bone senantiasa memberikan kontribusi yang baik terhadap kemajuan pendidikan Indonesia. Sukses selalu Athirah Bone. Maju terus pendidikan Indonesia. (selfi/fajar)