"Ini akan menjadi kebanggaan buat kita apabila kawasan Geopark Maros Pangkep bisa tercacat sebagai warisan dunia. Tentunya ini juga akan menjadi nilai tambah bagi industri pariwisata Sulsel," jelas Devo.
General Manager Badan Pengelola Geopark Maros Pangkep, Dedy Irfan menjelaskan, inisiasi Geopark Maros Pangkep untuk masuk dalam UNESCO Global Geopark telah dimulai sejak tahun 2015.
Pada tahun November 2017, Geopark Maros Pangkep ditetapkan sebagai Geopark Nasional oleh pemerintah pusat. Lalu pada tahun 2019, pemerintah pusat mengusulkan Geopark Maros Pangkep untuk menjadi kandidat geopark dunia.
"Ini jadi sebuah kehormatan karena saat ini ada 14 geopark nasional, dan 6 di antaranya sudah berstatus global, dan Geopark Maros Pangkep menempati urutan pertama yang diusulkan menjadi kandidat global geopark UNESCO," beber Dedy.
Dedy menyebut, secara keseluruhan, total luasan kawasan Geopark Maros Pangkep mencapai 5.077,61 kilometer persegi atau 525.160,73 hektar. Kawasan ini tersebar di daratan Maros Pangkep sampai kepulauan Spermonde. Luas kawasan karstnya mencapai 43 ribu hektare.
"Salah satu keunggulan geopark ini adalah karena ada dua sisi, bukan hanya pegunungan, tapi juga kawasan lautnya," ungkap Dedi.
Geopark sendiri adalah singkatan dari geological park atau taman bumi yang mencakup kekayaan geologi (geodiversity), biologi (biodiversity), hingga kebudayaan (culturaldiversity) yang ada di dalamnya, dan menurut Dedi, itu semua sudah dimiliki oleh Geopark Maros Pangkep.
Dari sisi geodiversity, terhampar batuan purba berusia ratusan tahun yang menyimpan kekayaan geologi, terdiri dari batu gamping koral, batu gamping bioklastik, kalkarenit, dan lainnya.