Di antara 800 MABA kala itu, ada Iwayan Sulastri, MABA yang mendaftar di Fakultas Tarbiyah tapi masih beragama Hindu saat ikut OPSPEK di Kampus II Mappaoddang, dengan niat mau masuk Islam.
Karena bertetangga kost di Jl Kumala, maka saya diminta temani ke rumah Pak Kyai yang saat itu menjabat Rektor Unismuh Makassar.
Selanjutnya Pak Membimbing Iwayan masuk Islam di Masjid Raya Makassar.
Seiring waktu, saya mengenal lebih dekat dan akrab dengan almarhumah, setelah suatu pagi di hari Selasa tahun 2006, Pak Kyai (Ketua BPH) bersama Pak Ali Hakka (sekretaris BPH) menjemput saya di rumah kontrakan kami di Minasa Upa Blok K No.14 untuk ke Bissoloro, melihat lahan 75 hektar yang baru saja di Beli Unismuh.
Setiba di lokasi, kami observasi lahan, ketemu dan berbincang dengan seorang pengembala kambing usia SD, diajak berdialog oleh Pak Kyai.
Sekolah di mana, mengaji di mana, apa agama mu, semua pertanyaan itu dijawab dengan satu jawaban dalam bahasa Makassar ‘tena’ artinya tidak ada.
Usai Dialog itu, Pak Kyai langsung nyatakan niatnya pada Pak Ali Hakka, baiknya kita dirikan pesantren di sini dan Dahlan tolong siapkan Proposal Pendirian Pesantren membina SMP, yang selanjutnya oleh Rektor, H.Irwan Akib menetapkan sebagai Lab School Unismuh Makassar di Bissoloro.
Sejak itulah, hampir setiap pekan sesudah shalat shubuh saya ke rumah Pak Kyai dan selalu bertemu dengan almarhumah di Jl Tala’salapang untuk berkonsultasi dan penandatanganan surat perihal hal ihwal terkait dengan Pesantren Unismuh di Bissoloro.