"Kami melayani 12 rumah sakit di Jember dan 3 di luar. Hingga membangun gedung UDD dua lantai dengan biaya sendiri senilai Rp3,5 M, punya lima ambulans dan tiga motor NMax Emergency untuk pelayanan jarak cepat. Tanpa APBD," kata Zaenal. Semua operasional ditutupi dari pengelolaan UDD tersebut. Per bulan mereka mendapatkan 3.000-3.500 kantong darah. Pihaknya juga menambal banyak "kebocoran" yang biasanya terjadi pada pengelolaan PMI di banyak tempat.
Titin Ariani, koordinator Kampung Donor Karangduren menjelaskan, semangat donor darah masyarakat cukup tinggi. Bahkan terus meningkat. Dia menjelaskan, kampung donor diinisiasi beberapa pemuda yang sering kumpul saat ada kegiatan donor darah di Balung. "Saat ikut kita inisiatif adakan donor darah sendiri dibarengi hadiah dan dooprize. Alhamdulillah berjalan sampai sekarang," ujarnya.
Yang rutin diberikan berupa bibit tanaman, kadang suvenir. Rahman Hidayat, Camat Balung menegaskan pemerintah mendukung penuh Kampung Donor. Bahkan ada pameo di daerahnya yang menyebut untuk menjabat Camat yang harus dilakukan bagi Sekretaris Camat adalah menggalakkan kegiatan donor darah.
Ia mencontohkan dirinya setelah sembilan tahun menjabat Sekcam, lalu menjadi Ketua PMI Kecamatan dan sukses mendukung kegiatan donor darah maka bisa diangkat menjadi camat. "Saya baru menjabat seminggu. Saat saya jadi sekcam sering membantu kegiatan donor darah," tutur Rahman Hidayat. (nsrn)