FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kopi merupakan sandaran hidup masyarakat Bantaeng, Sulawesi Selatan. Praktik pertanian kopi berkelanjutan oleh masyarakat Bantaeng menahan laju deforestasi dan meningkatkan tutupan hutan.
Sementara pada saat yang sama, kesejahteraan dan keadilan gender di masyarakat sekitar hutan juga semakin membaik.
Selama satu dekade, RECOFTC dan petani Bantaeng mengembangkan pertanian berkelanjutan di hutan setempat. RECOFTC menjadi jantung upaya pemberdayaan masyarakat dan hutan desa.
Dengan dukungan RECOFTC, masyarakat mendapat keleluasaan yang lebih besar dari pemerintah untuk mengelola hutan melalui izin hutan desa sehingga mereka cukup mengandalkan dari hasil hutan untuk bertahan hidup.
“RECOFTC adalah lembaga pelatihan dan pemberdayaan di tingkat Asia Pasifik yang telah beroperasi di 7 negara termasuk Indonesia selama 30 tahun. RECOFTC percaya bahwa hutan dan lanskap dapat tumbuh secara berkelanjutan dan berkeadilan jika masyarakat mendapatkan manfaat dari pengelolaan hutan,” kata Gamma Galudra, Direktur RECOFTC Indonesia.
Pada 2010, RECOFTC berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin dan sejumlah institusi lain untuk menyelenggarakan pelatihan wanatani bagi petani kopi Bantaeng.
Di sini petani mulai mengenal cara-cara mengolah lahan secara berkelanjutan yang mendorong perbaikan bentang alam, sekaligus meningkatkan pendapatan.
Berbekal pengetahuan baru tentang wanatani dan kewirausahaan, petani kopi di Bantaeng kini mengubah cara mereka berinteraksi dengan 700 hektar lahan tempat mereka bekerja dan dengan hutan di sekitarnya.