FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — “Orangtua adalah role mode terbaik”. Demikian salah satu prinsip yang dipegang oleh Andi Muzakkir Aqil, pria kelahiran Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang mampu merengkuh kesuksesan di usia muda.
Putra yang berasal dari kampung BJ Habibie ini lahir dari keluarga yang sederhana, Muzakkir mampu tumbuh bersama dengan enam saudaranya.
Dia menempuh pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas pada masa pemerintahan Soeharto hingga ia menamatkan bangku SMA pada tahun 1999. Setamatnya, ia memilih merantau di Kota Daeng.
Tanpa aktivitas akademik selama setahun, ia kemudian tertarik untuk melanjutkan pendidikannya.
Meski ia sempat mendapatkan berbagai cemoohan karena dinilai sebagai anak muda berandal tanpa masa depan yang jelas.
“Setelah ke Makassar saya merasa miris kepada diri sendiri. Saya serasa dibuang oleh keluarga. Saya tinggal di Makassar bergaul dengan mahasiswa sebelum saya kuliah. Akhirnya muncul niatan mau kuliah. Saya pun melapor ke orangtua,” ucapnya.
Walaupun pada saat itu sang ayah telah memasuki masa pensiunan, Muzakkir akhirnya mendapatkan restu untuk melanjutkan pendidikannya.
“Biasa dibilang orang nakal, setiap saya ada dimana kadang saya dibilangi Muzakkir anak nakal, macam-macam. Tapi atas dasar cemoohan itulah yang membuat saya semangat,” tuturnya.
Berbeda dengan yang lain, dia bersikukuh ingin kuliah karena terinspirasi oleh para aktivis yang kerap bergaul bersamanya. Masuklah ia kuliah pada tahun 2000.
“Pada saat itu kawan-kawan, salah satu saya lihat ada orator. Saya tahunya orang itu fakultas hukum, anak HMI. Saya merasa kagum, akhirnya saya semangat untuk kuliah,” jelasnya.