Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga apresiasi greenback membuat komoditas itu lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Investor juga cenderung melihat dolar sebagai safe-haven selama volatilitas pasar.
Kekhawatiran resesi juga memaksa investor untuk membuang derivatif terkait minyak pada salah satu tingkat tercepat di era pandemi.
Sejumlah hedge fund dan money manager lainnya menjual setara dengan 110 juta barel dalam enam kontrak berjangka dan opsi terkait dalam seminggu hingga 5 Juli.
Sementara, open interest di bursa berjangka New York Mercantile Exchange (NYMEX) jatuh pada 7 Juli ke level terendah sejak Oktober 2015.
Volatilitas close-to-close pada Brent dan WTI berada di level tertinggi sejak awal April. Likuiditas yang lebih rendah biasanya menghasilkan pasar yang lebih bergejolak.
Pembatasan perjalanan Covid-19 di China juga membebani harga minyak, dengan beberapa kota mengadopsi pembatasan yang baru, mulai dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas, dalam upaya untuk mengendalikan infeksi dari subvarian virus tersebut yang sangat menular.
Presiden AS Joe Biden akan mengajukan kasus untuk produksi minyak yang lebih tinggi dari OPEC ketika dia bertemu dengan para pemimpin Teluk di Arab Saudi, pekan ini, tutur Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, Senin.
Namun, orang dalam industri, sumber dan pakar mempertanyakan apakah, dengan output saat ini setidaknya 10,5 juta barel per hari, Arab Saudi hanya memiliki 1,5 juta barel per hari lagi yang dapat digelontorkan ke pasar dengan cepat dan berkelanjutan.