"Sehingga kita kemudian hanya bisa membayangkan kehidupan masa lampau. Misalnya hanya bisa membayangkan oh kalau dulu seperti apa manusia hidup di dalam gua," sebutnya.
Tapi untuk mengetahui lagi apa yang ingin kita gali maka kita berkunjung kesini. Misalnya dengan lukisan gua disini kita pertanyakan lagi apakah itu sudah karya seni? Apakah waktu itu tidak ada buku atau bagaimana cara menceritakan sekelompok manusia waktu itu.
"Dan kita mempelajari dikehidupan kita sekarang ini apakah kita bisa belajar dari kehidupan masa lampau? Misalnya pada konteks tanda atau simbol," singkatnya
Dia juga menjelaskan kalau ajang temu seni menuju festival mega even Indonesia Bertutur 2022 mengutamakan peristiwa pertemuan, pertukaran, dan jejaring.
Dimana seluruh peserta dipilih berdasarkan antuasiame mereka untuk bertemu dan berbagi pengalaman dan metode praktik mereka untuk menguatkan ekosistem seni yang mandiri dan jejaring.
"Di program ini, 20 seniman performans muda akan berpartisipasi dalam sejumlah agenda berupa Laboratorium Seni, Sarasehan dan Diskusi, Kunjungan Budaya dan Situs serta Pementasan. Beberapa agenda penting antara lain kunjungan peserta ke situs prasejarah Leang-Leang di Maros, kunjungan budaya ke komunitas Bissu dan sesi laboratorium seni dan diskusi di Benteng Ujungpandang/Fort Rotterdam," urainya.
Melati juga menjelaskan kalau Makassar, Sulawesi Selatan merupakan kota terakhir pelaksanaan rangkaian program Temu Seni, dimana tiga kota sebelumnya program dihelat di Tenggarong, Kalimantan Timur dan Sentani, Papua serta Ubud, Bali.