Perkumpulan Wija La Patau Matanna Tikka Gelar Bincang Sejarah dan Budaya

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Bincang Sejarah dan Budaya yang digelar Perkumpulan Wija La Patau Matanna Tikka (Perwira LPMT), mengungkap bahwa pada abad ke-17, peradaban Makassar sudah setara dengan Belanda kala itu.

Hal tersebut diungkapkan oleh seorang kurator KITLV Leiden, Belanda saat berbicara dalam kegiatan diskusi sejarah dan budaya yang mengusung tema “Landskap Agraris dan Identitas Politik Sulawesi Selatan dalam Perspektif Lokal dan Global”.

Hadir pula pakar sejarah dunia yang konsen pada sejarah Sulawesi Selatan, Prof. Emeritus Campbell Macknight dari ANU (Australian National University). Campbell juga menggambarkan gagasannya tentang landskap agraris dan haluan politik Sulawesi Selatan yang bermula pada abad ke-13.

Kathryn Wellen mengungkapkan” situasi Belanda dan Makassar sudah hampir sama pada abad 17, yaitu sama-sama sebagai kota metropolitan. Bahkan sebelum Belanda menduduki Indonesia, Sulawesi sudah lebih dikenal di Nusantara dan Eropa, hal yg dpertegas Campbell, Minggu 14 Agustus di Hotel Claro Makassar.

Nama Makassar sendiri lanjut Kathryn sudah akrab didengar oleh para pedagang di Pelabuhan Gowa kala itu. Begitu juga di Sombaopu dan sekitar kawasan Maccini Sombala.

“Beberapa kapal juga sudah berlayar keluar dan sudah sering membincangkan nama Makassar. Perahu yang berlalu-lalang di Melaka tak luput membincangkan Makassar. Beberapa sumber Belanda tidak mengacu sumber tertentu, tapi semua sudah menyebut Makassar,” katanya.

Artinya peradaban di Makassar sudah begitu maju kala itu yang setara dengan Amaterdam. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana kekayaan rempah-rempah di Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat Makassar sebagai sebuah kerajaan besar yang semakin memliki nama yang kesohor di belahan dunia.

  • Bagikan

Exit mobile version