Perwira LPMT Gelar Bincang Sejarah dan Budaya, Bahas Landskap Agraris Sulsel

  • Bagikan

Ketua Umum Perwira, Muh. Sapri Pamulu, PhD., dalam sambutannya menyampaikan kegiatan Bincang Sejarah dan Budaya kali ini merupakan rangkaian perayaan hari Masyarakat Adat Dunia yang jatuh pada 9 Agustus lalu.

Lanjut, Sapri Andi Pamulu menyebut kalau kegiatan ini dilakukan sekaligus menyambut perayaan 17 Agustus, hari Kemerdekaan RI yang ke-77,” katanya. Selain itu kegiatan dimana mengundang sejumlah akademisi kampus ini juga bagian dari pemanasan untuk kegiatan pertemuan Wija Raja La Patau (Perwira LPMT) yang akan diadakan tahun depan di 2023 di Soppeng.

“Kegiatan berikutnya direncakan di bulan September adalah peringatan haul 308 tahun wafatnya Raja Bone dan Soppeng La Patau Matanna Tikka di Soppeng dan Bone,” tambah Sapri Pamulu.

Hadir sebagai moderator dalam kegiatan tersebut yakni Dr. Andi Muh.Akhmar, SS, M.Hum., Dr. Muhlis Hadrawi, Idwar Anwar, selain para Pemerhati budaya, peneliti, penulis seperti Muhannis.

Kegiatan ini dihadiri pula Andi Bau Usdi Mappanyukki cucu Raja Andi Mappanyukki dan Karaeng Sombaya Andi Kumala Idjo.

Seri diskusi yang dihadiri pakar dan peneliti lokal serta dari 5 negara (Australia, Belanda, Jepang, German, dan Equador) ini mendapat sambutan hangat dan meriah dari para peserta baik luring maupun daring.#

Bincang Sejarah dan Budaya yang digelar Perkumpulan Wija La Patau Matanna Tikka (Perwira LPMT), mengungkap bahwa pada abad ke-17, peradaban Makassar sudah setara dengan Belanda kala itu.

Hal tersebut diungkapkan oleh seorang kurator KITLV Leiden, Belanda saat berbicara dalam kegiatan diskusi sejarah dan budaya yang mengusung tema “Landskap Agraris dan Identitas Politik Sulawesi Selatan dalam Perspektif Lokal dan Global”.

  • Bagikan

Exit mobile version