FAJAR.CO.ID – Wacana terkait kenaikan harga BBM subsidi, Pertalite dan solar makin mencuat. Sinyal itu semakin jelas saat anggaran subsidi energi membengkak hingga Rp 502 triliun sementara kuota Pertalite tahun ini diprediksi habis pada September mendatang.
Terkait hal itu, salah satu pengendara ojek online (ojol), Eka, mengaku makin kesusahan apabila harga BBM dinaikkan. Terlebih, dirinya tidak pernah mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Bukan tidak mungkin, lanjutnya, keseimbangan rumah tangga akan semakin hancur. “Kalau dinaikin jangan sampailah, susah. Kalau BBM dinaikin untuk keseimbangan rumah tangga atau kebutuhan hidup ancur, makin kecekek kita,” kata Eka, yang dilansir jawapos.com, Kamis (25/8).
Lebih lanjut ia juga bercerita, bahwa selain soal BBM ini pihaknya sudah merasa kesusahan. Hal itu dikarenakan argo pengiriman makanan yang masih kecil.
Ia menyebut, jika kemudian harga Pertalite naik jadi Rp 10.000 sementara argo pengiriman makanan Rp 8.000, Eka mengaku bingung harus mengisi bahan bakar dengan jenis apa. “Kita bener-bener kesusahan deh. Kalau misalkan BBM naik, harga argo (pengiriman makanan) aja Rp 8.000 seumpama Pertalite naik jadi Rp 10.000 kita mau isi pakai apa? Apa iya diisi pakai air putih, kan nggak bisa, kan nggak mungkin kan,” keluhnya.
“Pertalite Rp 7.650 aja itu udah pas-pasan, kalau memang benar dinaikkan, jadi makin terpuruk,” imbuhnya.
Tak hanya itu, ia juga mengeluhkan soal kelangkaan Pertalite di tengah wacana kenaikan harga BBM. Ia mengaku harus mengantri dan mengisi sejak subuh.