Ia melanjutkan, program ini dilaksanakan karena belum adanya pembinaan rutin khusus keagamaan kepada kaum disabilitas khususnya tunanetra. Sementara jumlah tunanetra muslim yang terdata di Gowa dan Makassar mencapai 400 orang dan tidak ada pembinaan agama secara rutin.
Target awal dari program ini adalah untuk menyasar para Teman Netra muslim di Sulsel yang belum mampu membaca Alquran braille dengan baik dan benar. Jumlah peserta ada 10 orang per titik dengan jumlah total penerima manfaat 20 peserta pelatihan dan dua orang pembina baca Quran braille.
Salah satu pembina yang dihadirkan adalah Rustam Isnaeni. Ia adalah seorang mentor baca Alquran braille sekaligus qori yang berpengalaman selama bertahun-tahun mengajar membaca braille di banyak tempat.
"Senang rasanya bisa mengajar teman-teman di sini, ketika bisa membagi ilmu itu rasanya sangat bahagia. Saya dipertemukan dengan orang-orang yang punya semangat belajar besar. Terima kasih juga untuk Yayasan Hadji Kalla atas kesempatan ini," sebutnya.
Sementara itu, Hamzah Yamin selaku Ketua Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa melalui program ini akan semakin banyak teman netra yang terbantu, terutama bagi mereka yang ingin belajar membaca Alquran braille. Ia berharap program ini bisa terus berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak teman netra yang ada di Sulawesi Selatan.
"Banyak yang ingin belajar membaca braille dan Alquran Braille, tapi tidak semua bisa punya akses untuk belajar. Bersyukur kita dipilih untuk jadi bagian dari program ini, dan tentu ada juga campur tangan dari tim Yayasan Hadji Kalla di dalamnya. Kita juga patut bersyukur dan berterima kasih, karena ada Yayasan Kalla dengan program-program pemberdayaannya yang banyak menyasar orang-orang spesial seperti kami agar bisa terus belajar dan berusaha, membuat kami lebih bersemangat untuk menjadi lebih baik. Kami berharap program ini terus ada dan bisa menjaring penyandang netra lain yang ada di Sulsel," pungkasnya.