- Sulit diterima akal bahwa pelaku (tertuduh Brigadir J, red) kekerasan mengincar korbannya di zona yang tidak dikuasainya. Kita sudah pernah diskusikan;
- Pemunculan dan perkataan PC di depan Mako Brimob justru menganulir sendiri klaimnya sebagai korban. Kita pernah diskusikan;
- Sakitnya PC ternyata bersifat selektif dan insidental. Misal: saat diperiksa Komnas Perempuan, PC bisa bercerita lengkap, tetapi di hadapan LPSK, PC malah diam seribu bahasa. LPSK sampai balik kanan dengan tangan hampa. Padahal semestinya PC paling terbuka kepada LPSK.
Orang yang mengaku dijahati secara seksual, dan mengalami penderitaan, tentu ingin memperoleh perlindungan. LPSK-lah lembaga pemberi perlindungan itu. Namun, PC kok, malah tidak kooperatif? Kadang sakit, kadang tidak. Ini sakit betulan atau cuma pura-pura sakit?
- Sedari awal PC ini termasuk orang yang berada dalam pembuatan skenario palsu atas tewasnya Brigadir J. Kredibilitasnya selaku korban sangat buruk. Lebih lekat dengan reputasi sebagai pendusta.
"Kalau empat hal di atas saja sudah membuat publik tidak teryakinkan oleh klaim PC bahwa dia adalah korban, apalagi majelis hakim nantinya," ujar Reza.
Sarjana psikologi dari UGM Yogyakarta itu bahkan menilai pembelaan Putri Candrawathi di pengadilan nanti bisa berbuah pahit. "Salah-salah, malah empat hal di atas, ditambah klaim baru yang disampaikan dengan memakai mulut komnas, hukuman PC malah diperberat," kata Reza Indragiri Amriel. (jpnn/fajar)