Bagi PT Vale upaya untuk menerapkan Good Mining Practice sudah menjadi bagian jati diri perseroan. “Environment, social, governance (ESG) bukan mencerminkan sebuah inisiatif, tapi jati diri dan perusahaan ingin membawa kemakmuran bagi semua orang dengan tetap menerapkan Good Mining Practice sebagai hal utama,”jelasnya.
Dalam mewujudkan Good Mining Practice tersebut, perseroan telah membuat peta jalan yang sudah dilakukan sejak lama. Seperti, pada sektor lingkungan perseroan telah melakukan mengurangi beban air limpasan tambang dengan Lamella Gravity Settler (LGS), dimana teknologi ini pertama di Indonesia. Kemudian, PT Vale secara aktif menjaga kualitas air danau yang berdekatan dengan areal tambang, serta melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif dengan target 70% lahan akan direklamasi di tahun 2025.
“Lebih dari 3.7 juta pohon telah ditanam diantaranya pohon endemik, dan kami juga memiliki program rehabilitasi diatas lahan seluas 2,5 hektar dalam bentuk fasilitas pembibitan dengan kapasitas produksi sampai 700,000 benih per tahun,”sebutnya.
Tidak sampai disitu saja, perseroan dalam membangun pabrik juga senantiasa mengedepankan hal tersebut, yakni keberadaan Pabrik Sorowako sebagai pabrik nikel RKEF dengan karbon intensitas terendah di Indonesia.
Lalu, PT Vale membangun dan mengoperasikan 3 PLTA dengan kapasitas 365 MW dan berkontribusi terhadap 36% total energi yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi. Operasi 3 PLTA ini mengurangi emisi CO2 lebih dari 1 juta ton CO2eq setiap tahun.