FAJAR.CO.ID -- Dokter Tirta Mandira Hudhi turut rpihatin atas kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Hal itu merujuk pada kerusuhan usai pertandingan Arema vs Persebaya, yang berakhir dengan kemenangan tim tamu.
Kekalahan tim tuan rumah itu memicu aksi kerusuhan yang bermula dari para suporter Singo Edan yang merangsek masuk ke lapangan hijau untuk mengejar para pemain Persebaya dan official.
Tindakan yang dilakukan suporter Arema FC itu kemudian berusaha dilerai polisi dengan menembakkan gas air mata.
Namun celakanya, gas air mata itu justru memicu kerusuhan yang semakin besar. Para suporter berebutan keluar stadion, hingga banyak yang terinjak-injak dan tewas.
Di satu sisi, penggunaan gas air mata sendiri sebenarnya juga berbahaya, karena bisa memicu terjadinya Hipoksia.
Hipoksia adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam sel dan jaringan tubuh, sehingga fungsi normalnya mengalami gangguan.
Ini adalah kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya. Hipoksia terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya.
Hal itu dibenarkan oleh dr Tirta. Menurutnya, jumlah korban yang begitu banyak, diduga disebabkan terjadinya Hipoksia yang mengakibatkan kematian.
Tirta pun menyesalkan penanganan kerusuhan yang menggunakan gas air mata tersebut. Polisi dan pihak terkait, harusnya sudah mengantisipasi potensi terjadinya kerusuhan untuk pertandingan sekelas itu.
"Dalam pertandingan derbi, potensi gesekan itu pasti terjadi. Kerusuhan dan suporter masuk lapangan pasti ada kemungkinanTapi bukan dengan cara gas air mata. Menembakkan gas air mata , akan membuat suporter berdesak2 kan cari pintu keluar, dan akhirnya jadi hipoksia," tulis dr Tirta akun instagramnya @tirta_cipeng, Minggu 2 Oktober 2022. (sam/fajar)