FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Prof Marzuki Dea menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disalip Vietnam dan Filipina sebagai sesuatu yang normal.
Pertumbuhan ekonomi kuartal satu 2022 Vietnam berada pada angka 5,1 persen. Namun meroket hingga 7,7 persen pada kuartal kedua.
Sedangkan Filipina, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua ini mencapao angka 7,4 persen. Sementara itu, Indonesia tertinggal dengab pertumbuhan ekonomi kuartal dua 5,44 persen.
“Terkait hal tersbut normal saja pada dasarnya, hanya memang sebaiknya pemerintah tdk perlu eforia membandingkan secara apple to apple,” ungkapnya kepada Fajar, Rabu (12/10/2022).
Pria yang menyandang gelar PhD dari Universite de Nice Sophia Antipolis Prancis ini mengatakan, kondisi ekonomi setiap bangsa berbeda. Apalagi jika Indonesia yang dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand.
“Karena memang secara struktur kondisi ekonomi setiap bangsa berbeda. Apalagi kalau hanya Vietnam dan Thailand, kedua negara tersebut ukurannya sangat berbeda. Mereka negara kecil dan belum semaju Indonesia dalam banyak hal,” jelasnya.
Marzuki Dea menerangkan, kemajuan suatu bangsa tidak bisa diukur dengan pertumbuhan ekonominya. Jika denikian, Indonesia mestinya sudah menjadi negara paling maju.
“Kerena indikator pertumbuhan tersebut tidak bisa dijadikan indikator bahwa negara yang pertumbuhan ekonomi tinggi lebih baik dan maju. Tidak sama sekali,” terangnya.
“Karena kalau begitu caranya, berarti Indonesia negara paling maju dibanding negara maju sekelas AS, Inggris, Perancis, Jerman dan negara lainnya. Karena pertumbukan ekonominya jauh lebih rendah dari Indonesia.”