“Ini mendorong peran kita dalam perdamaian dunia, tidak hanya di tingkat pemerintah, tapi juga sebagai warga negara,” ungkapnya.
Kelima, isu kepemimpinan muda, di mana G20 bisa dimanfaatkan oleh kelompok muda melalui berbagai macam kegiatan. Terlebih Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi bersama kota-kota lain di dunia.
“Kepemimpinan formal bermunculan seperti wali kota muda, bupati muda, maupun anak-anak muda, pemimpin komunitas yang memimpin secara informal,” lanjut Bima.
Dalam forum APEKSI, kata Bima, spirit kepemimpinan Indonesia dalam G20 terus digaungkan di berbagai kegiatan asosiasi, termasuk misalnya telah menggelar acara untuk kepemimpinan muda di Bandung, Bogor, Padang dan selanjutnya menyusul di Solo pada 28 Oktober nanti. Sementara dalam isu perkotaan, APEKSI banyak mengelaborasi isu konsolidasi perkotaan termasuk implementasi pembangunan berkelanjutan atau SDGs.
“Pemerintah kota melalui APEKSI ini menyelenggarakan pemeringkatan atau indeks dari SGDs,” jelas Bima.
Melalui pemeringkatan ini, capaian SDGS dari masing-masing kota bisa diketahui. Sedangkan untuk menjawab isu pariwisata dan perdagangan, APEKSI melakukan promosi mengenai potensi kedua bidang di berbagai forum regional dan global, dengan membawa bendera kepemimpinan Indonesia dalam G20 tahun 2022.
Menurut Bima, masing-masing isu telah memiliki forum sehingga mempermudah koordinasi, promosi, dan komunikasi. Misalnya di Solo dihelat smart city forum dan di Singkawang Kalimantan Barat diselenggarakan forum untuk membahas infrastruktur ibu kota baru.